Kamis, 28 April 2016

Pilih Pemimpin yang Beriman


Larangan memilih pemimpin kafir di Al Qur'an itu jelas. Ayatnya bukan cuma 1, 2, atau 3. Tapi banyak. Para ulama pun sepakat bahwa memilih pemimpin kafir itu haram. MUI berfatwa bahwa memilih pemimpin kafir itu haram. Muhammadiyyah tidak berfatwa. Untuk apa berfatwa tentang sesuatu yang jelas2 haram hukumnya? NU sendiri berfatwa bahwa memilih pemimpin kafir itu haram, meski dgn embel2 "pasal karet", kalau darurat dibolehkan. Cuma ini seperti babi. Jika darurat babi juga halal. Tapi apa bisa kita bilang babi itu halal? Tetap haram.

Pihak pro pemimpin kafir pun banyak berkilah. Ah Gubernur itu kan bukan pemimpin. Tapi cuma "pelayan". Cuma "pekerja". Endasmu!

Yang namanya pelayan atau pekerja itu adalah orang2 suruhan. Bisa kita suruh apa saja. Suruh ngepel atau nyuci niscaya mau. Apa bisa kita suruh Gubernur macam Ahok itu ngepel atau nyapu rumah kita? Tidak kan? Namanya pelayan atau pekerja bisa kita marah2i. Apa kita bisa memarahi gubernur macam Ahok? Ada juga dia yang suka marah2 bukan? Jelas beda. Beda.

Namanya pelayan atau pekerja bisa kita pecat atau berhentikan kapan saja kita mau. Nah bisa tidak kita memberhentikan Ahok? Lah FPI demo2, DPRD mau Ahok turun, tetap saja tidak bisa. Jadi beda. Saat kita larang, jangan lakukan itu. Pekerja atau pelayan pasti nurut. Nah Ahok disuruh stop Reklamasi kan tidak bisa nurut?

Namanya pelayan atau pekerja tidak bisa mengusir kita dari rumah kita. Nah Ahok bisa mengerahkan 5000 Satpol PP, Polisi, dan Tentara untuk mengusir rakyat Pasar Ikan, Luar Batang, dsb. Jelas Ahok itu bukan pelayan atau pekerja. Tapi penguasa. Dia menguasai anggaran APBD DKI Jakarta sebesar Rp 80 Trilyun / tahun, ratusan ribu PNS, Guru, Polisi, Tentara, dsb. Dia bisa memecat kepala sekolah atau pejabat yang dia suka. Pelayan atau pekerja bisa tidak seperti itu? Beda...

Yang namanya Pemimpin itu bermacam2 tingkatannya. Ada Presiden yang merupakan pemimpin / kepala negara. Ada Gubernur yang merupakan pemimpin tingkat propinsi. Ada Walikota untuk pemimpin tingkat Kotamadya, dsb. Bahkan di kepala rumah tangga pun ada suami yang merupakan pemimpin rumah tangga. Semua itu adalah pemimpin, begitu sabda Nabi.

Coba kita lihat artinya. Gubernur artinya pemimpin pemerintahan dari negara bagian atau propinsi:

Simple Definition of governor : a person who is the leader of the government of a state, province, etc.
http://www.merriam-webster.com/dictionary/governor


governor 
1 An official appointed to govern a town or region.
Example sentences
1.1The elected executive head of a state of the US.
http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/governor

Dari situ jelas Gubernur itu artinya PEMIMPIN atau PEMERINTAH. Orang yang memimpin atau memberi perintah.

Ada lagi yang bilang ah Pilot itu bukannya pemimpin juga? Sama dengan gubernur? Beda.

Pilot itu sebagaimana supir itu adalah pekerja. Pesuruh. Cuma beda kendaraan saja. Saat seorang direktur menyuruh supirnya mengantarnya ke Bandung pada Senin pagi dari rumahnya, itu bukan berarti supir itu adalah pemimpin dari direktur tsb. Pemimpinnya tetap direktur tsb. Supir tsb harus mengantar Direktur tsb ke Bandung. Tidak bisa ambil keputusan sendiri seperti ke Bekasi atau Tangerang. Bisa dimaki2 oleh Direktur Supir tsb.

Saat orang beli tiket Jakarta-Surabaya pun seorang pilot itu harus mengantar penumpangnya ke Surabaya. Tidak bisa mengantar penumpangnya ke tempat lain seperti Bandung, Palembang, atau Banjarmasin. Kan pemimpin? Tidak bisa begitu. Bisa dimaki2 penumpangnya.

Dan harus diingat, saat kita beli tiket pesawat, tidak ada PILPILOT atau pemilihan pilot. Penumpang tidak bisa memilih pilot mana yang akan membawa pesawatnya. Sementara untuk Gubernur, ada Pilkada untuk memilih Gubernur. Jadi antara Pilot dgn Gubernur itu beda jauh. Tidak bisa disama2kan.

Saat Nabi bersama Abu Bakar memilih seorang kafir untuk menunjukki mereka jalan agar bisa hijrah dari Mekkah, bukan berarti orang kafir itu adalah pemimpin Nabi. Tidak. Tapi dia sekedar pesuruh dengan tugas yang sudah ditentukan: membawa Nabi dan Abu Bakar keluar dari kota Mekkah dgn selamat. Tidak bisa dia mengatur Nabi: Kamu tinggal di Mekkah saja. Atau kamu sebaiknya menyembah berhala saja. Tidak. Dan itu juga cuma sekali itu saja. Tidak berkali2. Apalagi sampai 5 tahun. Beda. Jangan disama2kan.

Khalifah Ali pun membolehkan orang kafir untuk jadi bendahara yang mengumpulkan uang jizyah (pajak) dari orang2 kafir Dzimmi. Bukan sebagai pemimpin atau Khalifah. Beda.

Di akhirat nanti, pengikut itu dikumpulkan bersama pemimpinnya. Seseorang dikumpulkan bersama orang yang dia cintai. Jika dia mengikuti pemimpin yang kafir. Mendukung pemimpin yang kafir. Maka dia dikumpulkan bersama pemimpinnya di neraka. Begitu pula jika mencintai orang yang kafir, apalagi yang memusuhi Islam, dia dikumpulkan bersama orang yang dia cintai di neraka. Jadi hati-hati dalam memilih pemimpin atau idola yang dia cintai. Bukankah Nabi itu adalah Suri Teladan kita?
Sebaliknya jika kita memilih pemimpin yang beriman, adil, amanah, fathonah, siddiq dan tabligh, niscaya kita berkumpul dengan mereka di surga. Jika kita mencintai orang yang beriman apalagi Nabi Muhammad SAW, niscaya kita dikumpulkan bersama Nabi Muhammad SAW dan orang2 yang beriman di surga.
Islam itu mengatur semuanya. Bahkan cara memilih pemimpin pun sudah diberitahukan di Al Qur’an dan Hadits. Ikuti ijma ulama tentang ini.
Sebagaimana Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai.” (HR. Muslim)
“Anas bin Malik ra bercerita: “Pernah seorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW, lalu dia bertanya: “Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat?”, beliau bersabda: “Apa yang kamu telah siapkan untuk hari kiamat”, orang tersebut menjawab: “Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya”, beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai”, Anas berkata: “Kami tidak pernah gembira setelah masuk Islam lebih gembira disebabkan sabda nabi Muhammad SAW “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai, maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dan berharap aku bersama mereka meskipun aku tidak beramal seperti amalan mereka.” HR. Muslim.
Di akhirat kelak seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya. Pengikut dikumpulkan bersama yang diikutinya. Rakyat dikumpulkan bersama pemimpinnya.
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata: “Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).” QS. Al Ahzab: 66-67.
QS.Saba’ [34]:31-33
31. Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya”. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebahagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah (mustadh’afin/rakyat jelata) berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri (mustakbirin/penguasa): “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman”.
32. Orang-orang yang menyombongkan diri (penguasa) berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah (rakyat) : “Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa”.
33. Dan orang-orang yang dianggap lemah (rakyat) berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri (penguasa): “(Tidak) sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya”. Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan.
QS. Al Mukmin [40]:47-49
47. Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?”
48. Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: “Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya)”.
49. Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahannam: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari”.
QS. Al Ahzab [33]:66-68
66. Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”.
67. Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).
68. Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”.
Dalam Islam kita disuruh memilih pemimpin yg beriman, amanah, fathonah, siddiq, tabligh, dan adil. Jika tak ada, cari. Bukan belum apa2 sdh dukung pemimpin kafir.
Kita harus bersikap adil. Bagaimana pun juga Al Qur:an adalah pedoman hidup. Dan ulama adalah pembimbing kita.
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. “ (An Nisaa 4:138-139)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu): sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada oarng-orang yang zalim ” (QS. Al-Maidah: 51)
“Hai orang2 yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu menjadikan mereka menjadi pemimpin, maka mereka itulah orang2 yang zalim” (At Taubah:23)
“Hai orang2 yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang2 kafir menjadi wali (teman atau pelindung)” (An Nisaa:144)
“Janganlah orang2 mukmin mengambil orang2 kafir jadi pemimpin, bukan orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, bukanlah dia dari (agama) Allah sedikitpun…” (Ali Imran:28)

Tidak ada komentar:

Situs Syiar Islam

Info Indonesia