Minggu, 17 Mei 2015

Al Qur'an Dalam Bahasa Arab


Saya pernah dengar orang Singapura ngomong bahasa Inggris dgn logat Cina yang medok. Bukannya ngerti saya malah jadi pusing... :) Padahal saya bisa bahasa Inggris. Enak di anda, belum tentu enak bagi yang lain. Jika memang itu kemampuannya, tak masalah. Tapi jika ada yang lebih fasih, kenapa tidak diberikan kepada yg lebih fasih?

Di acara X-Factor saja para juri seperti Ahmad Dhani jadi kurang menikmati saat lagu berbahasa Inggris yang dibawakan seorang peserta ternyata pronunciationnya kurang baik sehingga mengganggu lagu secara keseluruhan. Padahal suaranya lumayan bagus dibanding yang lain.

Setahu saya kalau belajar ngaji itu yang dipelajari itu Makhroj (cara pengucapan/pronunciation) dan Tajwid. Kemudian untuk cara pembacaan Al Qur'an ada qiro'ah 7.
Beda makhroj saja artinya bisa lain. 'Alim (mengetahui) beda dgn Alim (pedih). Qolbun (Jantung/Hati) beda dgn Kalbun (Anjing).


Beda panjang juga bisa beda arti. Jamaal (cantik) beda dgn Jamal (onta).
Mathoor artinya Bandara sedang Mathor artinya Hujan. Al Qur'an itu diturunkan dalam bahasa Arab. Bukan bahasa lainnya.

Jadi hati2 merubah cara membaca Al Qur'an dgn gaya-gayaan sekedar menyenangkan penguasa dgn suku tertentu. Apalagi Indonesia tidak identik dgn Jawa yang cuma kurang dari 40% dari jumlah penduduk Indonesia. Nanti malah 'Ashobiyyah / fanatik suku. Di pulau Jawa saja ada Jawa Barat yang Sunda dan Betawi. Ini tidak bisa diJawakan. Alhamdulillah saya tidak bisa membedakan bacaan ngaji orang betawi dgn orang2 di Arab. Sama persis.

Saran saya: baca Al Qur'an sesuai pakem.
Kemudian terjemahkan dgn bahasa masing2 misalnya bahasa Jawa dgn dialek dan langgam Jawa.

Memang Islam tidak identik dgn Arab. Tapi tidak berarti kita kebablasan meng-Indonesia-kan / men-Jawa-kan semua ajaran Islam. Allah telah menegaskan bahwa Al Qur'an itu dalam bahasa Arab. Bukan bahasa lain:

"..Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang" [An Nahl 103]

"Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab..." [Ar Ra'd 37]

"dengan bahasa Arab yang jelas." [Asy Syu'araa' 195]

"Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya..." [Asy Syuura 7]

"Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya)." [Az Zukhruf 3]

"Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa." [Az Zumar 28]

"Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui," [Fushshilat 3]

"Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka." [Thaahaa 113]

Kenapa Al Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab? Karena di dunia ini ada ribuan bahasa yang berbeda-beda. Bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa Internasional pemersatu oleh Allah SWT. Sama halnya dgn bahasa Inggris sekarang.

Sehebat-hebatnya orang berbahasa Inggris, tapi jika dia bicara dgn logat/dialek Jawa yang medok, bagaimana pendapat orang? Apa itu bagus? Apa mudah dipahami?

Saya pernah mendengar orang Singapura berbahasa Inggris dgn logat Cina yang medok. Saya jadi pusing mendengarnya. Jadi sulit memahaminya.

Ya kita tidak menyalahkan orang2 Jawa yang membaca Al Qur'an dgn logat / dialek Jawa yang medok. Mungkin itulah batas kemampuannya. Jika dia baca untuk dirinya sendiri, Allah sungguh Maha Mengetahui.

Namun jika itu disiarkan secara Nasional dgn beberapa Dubes Asing, kenapa harus dicari Qori yang medok bahasa Jawanya sementara ada banyak Qori yang bisa membacakan Al Qur'an dgn Bahasa Arab yang fasih?

Jika mau Jawa-jawaan, ya bacakan saja terjemahannya dgn bahasa Jawa dgn logat/dialek Bahasa Jawa yang medok.

Al Qur'an dalam bahasa Arab sesuai aslinya saja orang sudah banyak yang berbeda penafsirannya. Apalagi jika diterjemahkan ke bahasa lain. Contoh ayat "Tangan Allah di atas tangan mereka". Orang yang menafsirkannya dgn makna Hakiki beda dgn makna Majazi (Kiasan). Terjemah Al Qur'an selain dari bahasa Arab itu cuma terjemah. Bukan Al Qur'an.

Qiro'ah 7 pun saya baca tidak setiap ayat bisa dibaca dgn Qiro'ah 7. Kenapa Al Qur'an diberi baris atas, bawah, dan depan, tasydid, dll? Itu agar bacaannya tidak kacau. Tidak seenaknya. Kalau a dibaca u, u dibaca i, dst kan kacau bacaannya dan juga artinya...

Dari website MUI, Rektor IIQ KH Ahsin Sakho Muhammad:
Harus tetap mengacu seperti yang diajarkan Rasul dan para sahabatnya. Dalam hal ini, tajwid dalam hukum bacaannya. “Panjang pendeknya, mahrajnya,” kata dia.

Yang mengejutkan 7 cara membaca Al Qur'an ( yakni Bayyati, Shoba, Nahawand, Hijaz, Rost, Sika, dan Jiharka) ternyata dari Persia (Iran):
Dalam ketujuh jenis qiraah itu terdapat tingkatan dan variasi nada yang berbeda-beda. “Sejarah cara melantunkan al-Quran ini berasal dari Iran. Banyak orang Arab yang mempelajarinya ke Parsi, Iran. Meskipun ada 40 jenis cara membaca al-Quran, tapi yang dinilai layak hanya tujuh ini,” ungkapnya.
====

Rektor IIQ: Sangat Boleh, Baca al-Quran Langgam Indonesia
May 17, 2015 by Ahmadie ThahaComments are off
KH Ahsin Sakho Muhammad menegaskan, cara membaca al-Quran merupakan hasil karya seni manusia yang dirangkum dalam Kalamullah. Hal tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam melainkan lahir dari seni budaya masyarakat tertentu.

“Ini adalah perpaduan yang baik antara Kalamullah dari langit yang menyatu dengan bumi yakni budaya manusia. Itu sah diperbolehkan,” kata Ahsin Sakho, Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) periode 2014, yang juga pimpinan Pondok Pesantren Dar al-Tauhid Cirebon, kepada ROL, Ahad (17/5/2015).

Hanya saja, Ahsin yang doktor ilmu al-Qur’an lulusan universitas di Saudi Arabia ini melanjutkan, bacaan pada langgam budaya harus tetap mengacu seperti yang diajarkan Rasul dan para sahabatnya. Dalam hal ini, tajwid dalam hukum bacaannya. “Panjang pendeknya, mahrajnya,” kata dia.

Ahsin menjelaskan, cara membaca al-Quran yang mengacu pada langgam budaya Indonesia sangat diperbolehkan dan tidak ada dalil shahih yang melarang hal demikian. Hanya saja, dia melanjutkan, dirinya belum pernah mendengar Jawabul Jawab di dalam langgam Cina, atau pun di Indonesia.

“Tetapi jika hanya sekedar langgam Jawa, Sumatera, Sunda, Melayu, dan lainnya, itu sah saja selama memperhatikan hukum bacaan semestnya. Itu kreatifitas budayanya,” kata dia.

Ahsin lebih lanjut mengungkapkan, saat ini masyarakat Indonesia hanya mengenal satu pintu dalam mendengarkan cara melantunkan al-Quran. Seluruhnya terangkum dalam tujuh seni dalam membaca al-Quran, yakni Bayyati, Shoba, Nahawand, Hijaz, Rost, Sika, dan Jiharka.

Dalam ketujuh jenis qiraah itu terdapat tingkatan dan variasi nada yang berbeda-beda. “Sejarah cara melantunkan al-Quran ini berasal dari Iran. Banyak orang Arab yang mempelajarinya ke Parsi, Iran. Meskipun ada 40 jenis cara membaca al-Quran, tapi yang dinilai layak hanya tujuh ini,” ungkapnya.

Ahsin mengisahkan, langgam bacaan al-Quran berasal dari Iran. Kala itu, orang Makkah dan Madinah sedang membersihkan Ka’bah. Di sana ada orang Farsi yang sedang melantunkan bacaan al-Quran dengan langgam nada lagu asal negerinya.
“Ketika itu orang Makkah kemudian menerapkannya ke dalam bacaan al-Quran dan ternyata merdu didengar. Sejak saat itu pun lahirlah lagu syarqi yang bernuansa ketimuran,” kata dia.

Dalam melantunkan al-Quran, kata Ahsin, ada yang bernada sedih dan bernada gembira dalam membaca setiap surah di dalamnya. “Itu akan lebih bermakna dan bagus. Misalkan saat menjelaskan neraka ataupun surga,” ujarnya.
http://mui.or.id/mui/homepage/berita/berita-singkat/rektor-iiq-sangat-boleh-baca-al-quran-langgam-indonesia.html

Ada lagi pertanyaan: "Jika yang penting tajwid dan makhroj, bagaimana jika membaca Al Qur'an dgn langgam Dangdut dan Metal?" Misalnya membaca surat Al Fatihah dengan langgam lagu Dang Dut "Cinta Satu Malam?"

Ya difikir saja Al Qur'an itu bacaan yang mulia. Harus dibawakan dgn cara yang mulia pula. Jangan sampai dgn suara yang meringkik seperti keledai atau langgam yang kita tahu itu dari sesuatu yang tidak senonoh. Jangan sampai mempermainkan Al Qur'an atau mengolok-olok Al Qur'an.

"...Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan." [Al Muzzammil 4] 

Tidak ada komentar:

Situs Syiar Islam

Info Indonesia